Sunday, January 22, 2012

Sebuah Mug Berisi Cajon dan Renungan Venus




Pagi tadi pukul 05.21 WIDP-44 (Waktu Indonesia Bagian Dago Pojok no. 44) tersiar kabar melalui pesan singkat tentang sebuah berita naas. Saya rada terhenyak, denger temen masuk rumah sakit di Jakarta Tenggara. Kecelakaan motor hampir merenggut nyawanya. Luka kepala sangat parah hingga sangat mungkin mengalami gegar otak. Serius, saya sedih dengernya. Kasihan keluarganya juga dirinya, karena dokter memvonis akan ada kelumpuhan permanen di bagian tungkai kaki kanan karena syaraf-syaraf vital putus akibat kecelakaan tersebut. Dokter tidak berani melakukan tindakan operasi, terlalu beresiko ujarnya. Terlebih beberapa organ dalam seperti lever, dan saluran empedu terluka. Katup dan selaput jantung pecah sehingga terjadi penggumpalan darah di jantung , dan sirkulasi darah serta oksigen tidak lagi sempurna. Ini juga berpotensi akan menghambat kinerja Paru-paru yang juga telah mengalami penyempitan saluran menuju larynk dan hidung. Kesemuanya itu diakibatkan tubrukan tidak beraturan terhadap benda-benda keras, seperti trotoar dan aspal. Saya tahu dia anak yang baik dan ramah, ramah sekali. Dia berani merantau ke Jakarta dari kampung demi menafkahi ibunya yang telah menjanda serta kedua adik perempuannya yang masih bersekolah. Selepas sekolah, dia tidak memutuskan kuliah. Beberapa hal mengganjel langkahnya, salah satunya adalah biaya dan pertimbangan akan adik dan ibunya. Dia benar-benar kepala keluarga di rumahnya, pengganti sang ayah yang telah lama meninggal akibat serangan kanker paru-paru ganas.  Kini, ibunya harus kembali memeras keringat dan menjual semua harta peninggalan suaminya demi membiayai anaknya yang tengah sakaratul maut di rumah sakit. Dan satu-satunya harta yang bisa dijual adalah, rumah yang ditinggali. Tapi sayang, note ini tidak akan menceritakan hal itu, karena hal itu hanya fiktif belaka. Terima kasih telah bersedia membaca prolog saya yang mungkin pada akhirnya menyebalkan karena fiktif.
“Sebuah Mug Berisi Cajon dan Renungan Venus” berisi klausa-klausa sederhana mengenai sebuah keinginan seorang manusia yang bernama laki-laki dalam memperjuangkan cinta dan hidupnya. serius, ini asli. Cinta itu bukan sekedar bertukar cairan, dan memasangkan kutub-kutub positif dan negative atas wanita dan lelaki. jadi apa dong? Oke,,kita telaah lebih jauh mengenai hal ini.
Sebuah pemikiran janggal saat Nyx dan Erebus ditendang oleh Hemera. Secuap lagu dari Tokyo Jihen berjudul Rakujitsu mengalun di decibel rendah. Agak kontradiktif memang, pagi-pagi koq dengerin Rakujitsu. Jadi weh lagunya diganti yang lebih menggugah mata, keras, kuat berotot, tapi bukan dengan band pagi hari yang suka lipsync di tipi-tipi. Saya ganti lah lagu itu dengan suaranya si Arnold Swasanaseger. (Emang Arnold pernah nyanyi dan bikin album??NYA HANTEU ATUH…NAHA DIWARO TEUING!!ENYA GE KUAT TAPI DA SI ETA MAH PAN GEUS JADI LURAH DI AMERIKANA TEH!malah mah baheula sempet nga-dalang di Lebak Hangseur jeung mamah Bungsu Bandung, Obama ge harita sumping mamawa samak pandan, bari jajan su’uk nu di pincuk!!sila cumanot anteng. Heup,heup,heup,,sok jadi kateterasan nganggo basa sunda). Dan secangkir kopi panas rada pait dengan cream abal-abal yang cuma seharga Milkuat cokelat beku di warung-warung yang siap di seruput,put,put bersama segelondong donat legal karena tengahnya bolong. Ahhhh, what a wonderful morning,beibh! Saya kembali ke rutinitas, me-nu-kil e-book(s) guna penyempurnaan sang The*is yang lama tak di respon sang coordinator. Sekalian curhat ah:IBU,BAPA,,AI ABDI BADE IRAHA UP??? -P.S I Love You-
Tiba-tiba, segerombolan awan gelap menggelayut di atas kepala, menumpahkan beberapa pertanyaan, menghujam seperti gerimis kepada wajah, jarum kepada bantal, telunjuk kepada ee ayam, dan rentenir kepada kompeni (nu terakhir rada absurd yah??bae, notes aing kumaha aing!wasit goblog!hidup Persib!). Ini pertanyaannya: “Apakah manusia punya hati?”..jengjreeeeeeeenggg!!!!Maxim maenin tuts-nya di B flat Major 7-13 rada miring. Maxims pragmatics??lain,ieu mh Maxim tukang Kentang Arab.
Tukil menukil sudah umum, dan ini juga menukil dari beberapa sumber yang (tak) dapat dipercaya sepenuhnya, bahwa kita, jelas punya HATI. Saya pernah liat koq di Youtube saat seonggok jaringan mati otak tengah di lukis pisau bedah di sekitaran abdomennya, seperti karung terigu berisi santan kental, saat pisau digerakkan, isi perut berlomba keluar. Kasihan si cadaver itu. We A Wa Te I Ti eR. Ya memang, itu cuma “mantan” manusia, tapi da euy, karunya ai kitu-kitu teuing mah (Kaciri tah emosina maen!). Ah,,biarkan lah, tubuhnya memang sudah didonasikan untuk dunia pendidikan. Cadaver yang tengah di bedah para mahasiswa kedokteran itu cukup terlihat nyaman, tidak meringis dan tidak complain (nya enya da geus paeh!!). Ada hati, ginjal, paru-paru, jantung, empedu dan usus terburai kehitaman saat ujung pisau selesai menari di perut. Dipikir-pikir, kita itu sama yah, mau yang pinter, mau yang tolol, mau yang cantik, mau yang ganteng, mau yang jelek, tetep weh kalo udah terbujur kaku mah nantinya jadi mayat dan haroream teuing pan ngagugulung yang udah meninggal, kajeun pinter dan cantik ge. (Nya lah kecuali yang Necrophilia,, eta mah beda deui!)
Hati,sesuai fungsinya adalah penetral racun. Tapi kenapa di asumsikan dengan fikiran dan pemikiran dan cinta?? Apakah secara harfiah? Begitukah? Hey kamu, jawab!! Kenapa cinta harus dengan hati? Analogikan bahwa cinta itu racun, mungkin akan masuk akal kalo diolah oleh hati. Tapi kan cinta itu abstrak, kenapa data dan property cinta di telaah oleh hati yang notabene penawar dan penetral racun dalam tubuh? Lalu kemanakan logika? Lalu untuk apakah sang otak kita yang jenius yang telah dilindungi dengan hati-hati dan tersistem oleh tempurung berbahan kalsium padat (meureun)? Tetap, logika mengalah atas emosi. Emosi dan rasa itu seperti segalanya dalam hidup ini. Seperti Cajon Meinl yang dipaksakan masuk dalam mug bundar tidak bulat. Bagaimanakah kita memaksakan agar si Cajon masuk? Bukan dengan paksaan tentunya, tapi pakai logika dan rasio, Bung! Jawabnya: Cari mug yang ukuran diameternya sama dengan lebar penampang bawah Cajon!! Terserah,,mau pas atau tidak, yang penting masuk! Itu kan tujuannya?? Oke,,beres. Lagi-lagi hal itu sulit dikaitkan dengan cinta terhadap lawan jenis, logika mah paeh! Kita bukan saja harus masuk, tapi juga harus pas, yang kemudian disebutlah dengan istilah “Sehati”. (anyir, Jiga ngaran warung nasi deukeut kosan urang!sumpah marurah.)
Beginikah cara sang Venus memandang cinta? Ah,,sulit ternyata mengalahkan rasa dan emosinya. Pengaruh kromosom mungkin. Bagaimana yah mendapatkan hatinya (lagi-lagi hati!) sang Venus? Salah-salah nanti bisa Venustraphobia kalo terlalu sulit. Ah, mungkin harus banyak makan gehu. Bagi saya, subjektif dan objektif, kita itu seperti flash light, lampu senter bertenaga 2 baterai ABC nu koneng tea gening. Wanita sebagai baterai pertama, dan laki-laki baterai kedua. Kita butuh satu sama lain untuk menerangi kegelapan. (maaf, saya menukil dari film “don’t look down!” produksi tahun 2008, film indie berbahasa Spanish kalo ga salah). Disitu dikatakan bahwa,,aduh maaf yah rada vulgar, mohon anak kecil usia di bawah 25 tahun tutup telinga dan mata dan jauhkan dari sabun. Jadi begini, manusia itu berpasangan, saat laki-laki berhadapan dengan wanita, dengan posisi telanjang bulat, nah disitulah kita bisa lihat kutub-kutub positif dan negativnya. Yah,coba saja lah renungkan sendiri, batu baterai seperti apa bentuknya, lalu terapkan dengan analogi saya tentang wanita dan laki-laki. Atau kalo mau lebih jelas, silahkan nonton filmnya lah, di saya ada, cuma 702 MB, muat lah di flashdisk mah.  
Jadi, mengapakah cinta dipandang dengan cara yang lain? Mungkin itu kodrat. Dan ah, I know God will not give anything I can’t handle. I just wish that He didn’t trust me so much (Mother Theresa). 
Renungkan wahai Venus, Mug kita itu tidak mungkin pas di isi Cajon. Renungkan juga bahwa kita dalam kegelapan, kita butuh cahaya terang menuju kesana. Renungkan bahwa kita sedang mimpi sebelum terbangun di akhirat yang sama. Renungkan bahwa kita akan terus melemah, kita akan saling menopang karenanya. Renungkan bahwa kita hanya punya satu sayap, kita butuh bersatu kalo mau terbang. Renungkan bahwa kita bukan Vatikan dan Illuminati. Renungkan  bahwa Tuhan sudah menentukan, dan kita tinggal patuh saja. Renungkan harga sembako yang kian merangkak naik sebelum puasa tiba, tiket kereta api naik 20% sebelum tuslah, kebijakan pemerintah atas TDL yang berdampak pada BBM. Duhai Venus, renungkan yah,,dan semoga dengan ini, akan ada semiotika gesture yang kemudian bisa hadir dalam rentang waktu dimana otak kita belum terlanjur membeku satu sama lain karena terlalu dipenuhi hal-hal yang sebenarnya kita tidak perlu. Dan beri tanda yah kalo kamu sudah siap untuk diajak bicara dan saya segera mengatakan “L word.” Dimana? dan Kapan? Well, let’s see then..^^

No comments:

Post a Comment