Sunday, January 22, 2012

You stay, It runs!



Pernah dikejar selosin pit-bull yang tengah menstruasi? Saat kamunya mulai lelah, dianya masih semangat! Kamunya jatuh, dia tetap mengejar mesra. Kamunya mati, dia baru berhenti. Seperti itulah mungkin saya sekarang ini. Bukan, bukan sedang dikejar anjing, tapi dikejar detik. “Dia menyingsingkan pagi dan menjadikan malam untuk beristirahat, dan (menjadikan) matahari dan bulan untuk perhitungan. Itulah ketentuan-Nya Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui” (6: 96).  See, planet kita yang sedang menuju extinction inipun diatur waktu dan berjalan dinamis, so do I. Mencoba nahan nafas barusan selama 12 detik, in a well hydrated condition tentunya, dan itu menyiksa sekali. Berharap waktu berhenti 12 detik saja, tapi ternyata waktu terus berjalan tanpa ampun seperti argo Taxi di tengah macetnya Dago saat weekend. Saya kira waktu berdetak sesuai dengan birama nafas saya, tapi kenyataannya tidak begitu. Semua tentang waktu selalu terlupakan namun ajaib dan menakjubkan. Sewaktu di dalam rahim, Tuhan sudah menuliskan semua takdir manusia. Sedih karena kehilangan tamiya saat pamer di SD, senang saat gebetan pertama mau diajarin simple present tense, malu karena di setrap guru fisika karena lupa bawa buku Bob Foster, atau saat memuji wanita yang menurut saya sempurna (tapi dia menampiknya), semuanya sudah tertulis jelas. Sungguh sangat detail sekali takdir itu dan juga otentik pada tiap individu, tiada seorangpun bernasib persis dengan orang lain, waktumu untukmu dan waktuku untukku. Dari awal saya menghirup nafas (saya sudah bernafas selama 25 tahun ternyata. Bosan? Tidak!) hingga akhirnya saya melepas nafas yang entah kapan, juga sudah tertulis jelas ditautan takdir. Urusan waktu manusia, tiada yang prestige dalam Kosmologis Tuhan. Sudah dari sananya, bila sesuatu yang diambil, maka akan dikeluarkan kembali (yup, you can relate to the fart system-up inhale: down exhale). Sesuatu yang naik, maka akan turun, yang muda akan menua dan yang hidup akan mati. Pernah merasa seperti ini:”perasaan baru kemaren pake seragam putih biru, ikut upacara, flirting-flirting, latihan pramuka di akhir pekan, deg-degan UN, dll”, pernah? Memang kadang waktu bersiklus unconsciousness-ly, serasa baru kemarin tapi pas nyadar tau-tau istri anda pulang dari pasar bawa belanjaan 3 karung, pake daster dan roll rambut, bawa anak anda yang ingusnya udah kaya lilin. Ada yang hilang? Tidak sepertinya, waktu anda sangat presisi dan tidak mungkin hilang hanya secara (cognitive) psikologis saja anda mnerasa seperti itu. Terkadang ke-obsesifan yang tidak tercapai juga membuat anda (merasa) kehilangan waktu. Semua sudah tertakdirkan dan terhitung waktu, jangan menyesal atas urusan waktu, it is wasted away. Takdir itu mungkin seperti sebuah parsel berisi aneka ragam cerita, dan dibawahnya tersimpan jam yang menghitung mundur. Beda dengan jam dinding pada umumnya yang menghitung maju, jam yang satu itu justru menghitung mundur. Setiap manusia sudah sepaket dengan countdown-clock tersebut saat dilahirkan. Di set sesuai dengan jangka hidup atau usia pemilik parsel tersebut. Ada yang di set 50 tahun, ada yang 60 tahun, ada juga yang 114 tahun, bahkan ada yang di set 1 hari atau 1 jam. Namun, siapa yang tahu tentang jangka waktu penyetingan tersebut? No one! Waktu kadang tidak berpihak, tapi kadang juga sangat indah. Ketidakberpihakan waktu merupakan hasil dari sebuah ketidaksiapan kita untuk menjadi sesuatu yang lebih baik. Sudah lah, apapun yang kita lakukan TIDAK AKAN PERNAH MENGHENTIKAN WAKTU ATAU MEMUNDURKAN WAKTU! Kita diam pun, waktu berjalan. Dia tidak pernah tidur, dia pergi kemanapun kita pergi. Waktu kita tidak banyak dan tidak lebih panjang dari waktu antara Maghrib menuju Isya. Meski waktu terlihat bersiklus-mereka disana menyebutnya Ouroboros atau YinYang-siklus itu bukan mengulang tapi menambah. Apapun yang kamu lakukan, dikenai waktu, loh. J

No comments:

Post a Comment