Pernah dikejar selosin pit-bull yang
tengah menstruasi? Saat kamunya mulai lelah, dianya masih semangat! Kamunya
jatuh, dia tetap mengejar mesra. Kamunya mati, dia baru berhenti. Seperti
itulah mungkin saya sekarang ini. Bukan, bukan sedang dikejar anjing, tapi
dikejar detik. “Dia menyingsingkan pagi dan menjadikan malam
untuk beristirahat, dan (menjadikan) matahari dan bulan untuk perhitungan.
Itulah ketentuan-Nya Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui” (6: 96). See, planet kita yang sedang menuju
extinction inipun diatur waktu dan berjalan dinamis, so do I. Mencoba
nahan nafas barusan selama 12 detik, in a well hydrated condition tentunya, dan
itu menyiksa sekali. Berharap waktu berhenti 12 detik saja, tapi ternyata waktu
terus berjalan tanpa ampun seperti argo Taxi di tengah macetnya Dago saat
weekend. Saya kira waktu berdetak sesuai dengan birama nafas saya, tapi
kenyataannya tidak begitu. Semua tentang waktu selalu terlupakan namun ajaib
dan menakjubkan. Sewaktu di dalam rahim, Tuhan sudah menuliskan semua takdir manusia.
Sedih karena kehilangan tamiya saat pamer di SD, senang saat gebetan pertama
mau diajarin simple present tense, malu karena di setrap guru fisika karena
lupa bawa buku Bob Foster, atau saat memuji wanita yang menurut saya sempurna
(tapi dia menampiknya), semuanya sudah tertulis jelas. Sungguh sangat detail
sekali takdir itu dan juga otentik pada tiap individu, tiada seorangpun
bernasib persis dengan orang lain, waktumu untukmu dan waktuku untukku. Dari
awal saya menghirup nafas (saya sudah bernafas selama 25 tahun ternyata. Bosan?
Tidak!) hingga akhirnya saya melepas nafas yang entah kapan, juga sudah
tertulis jelas ditautan takdir. Urusan waktu manusia, tiada yang prestige dalam
Kosmologis Tuhan. Sudah dari sananya, bila sesuatu yang diambil, maka akan
dikeluarkan kembali (yup, you can relate to the fart system-up inhale: down
exhale). Sesuatu yang naik, maka akan turun, yang muda akan menua dan yang
hidup akan mati. Pernah merasa seperti ini:”perasaan baru kemaren pake seragam
putih biru, ikut upacara, flirting-flirting, latihan pramuka di akhir pekan,
deg-degan UN, dll”, pernah? Memang kadang waktu bersiklus unconsciousness-ly,
serasa baru kemarin tapi pas nyadar tau-tau istri anda pulang dari pasar bawa
belanjaan 3 karung, pake daster dan roll rambut, bawa anak anda yang ingusnya
udah kaya lilin. Ada yang hilang? Tidak sepertinya, waktu anda sangat presisi
dan tidak mungkin hilang hanya secara (cognitive) psikologis saja anda mnerasa
seperti itu. Terkadang ke-obsesifan yang tidak tercapai juga membuat anda
(merasa) kehilangan waktu. Semua sudah tertakdirkan dan terhitung waktu, jangan
menyesal atas urusan waktu, it is wasted away. Takdir itu mungkin seperti
sebuah parsel berisi aneka ragam cerita, dan dibawahnya tersimpan jam yang
menghitung mundur. Beda dengan jam dinding pada umumnya yang menghitung maju,
jam yang satu itu justru menghitung mundur. Setiap manusia sudah sepaket dengan
countdown-clock tersebut saat dilahirkan. Di set sesuai dengan jangka hidup
atau usia pemilik parsel tersebut. Ada yang di set 50 tahun, ada yang 60 tahun,
ada juga yang 114 tahun, bahkan ada yang di set 1 hari atau 1 jam. Namun, siapa
yang tahu tentang jangka waktu penyetingan tersebut? No one! Waktu kadang tidak
berpihak, tapi kadang juga sangat indah. Ketidakberpihakan waktu merupakan
hasil dari sebuah ketidaksiapan kita untuk menjadi sesuatu yang lebih baik.
Sudah lah, apapun yang kita lakukan TIDAK AKAN PERNAH MENGHENTIKAN WAKTU ATAU
MEMUNDURKAN WAKTU! Kita diam pun, waktu berjalan. Dia tidak pernah tidur, dia
pergi kemanapun kita pergi. Waktu kita tidak banyak dan tidak lebih panjang dari
waktu antara Maghrib menuju Isya. Meski waktu terlihat bersiklus-mereka disana menyebutnya
Ouroboros atau YinYang-siklus itu bukan mengulang tapi menambah. Apapun yang
kamu lakukan, dikenai waktu, loh. J
No comments:
Post a Comment